Survey Lorong Bawah Air (Sump)

Jarang lorong gua yang sepenuhnya terisi air namun masih cukup untuk dilewati manusia. Dan ini sudah jelas bahwa lorong semacam ini tidak bisa disurvey dengan metode biasa. Tetapi sangat menarik menyurvey lorong seperti ini, untuk kepentingan bilamana lorong air tersebut panjang, dan untuk menggabungkan bagian survey yang lain di seberang sump yang merupakan sistem lain yang lebih panjang.
Jika sump lurus ke depan, pada garis lurus dan relatif pendek, garis survey dapat diambil pada sisi yang jauh dengan teknik dibawah ini. Stasiun survey harus ditempatkan pada dua ujung sump. Pita ukur ditempatkan di sepanjang bagian bawah permukaan dan kemudian jarak antar dua stasiun tersebut diukur. Harus hati-hati agar pita ukur sebisa mungkin dalam keadaan garis lurus (di semua bidang) dan tidak terantuk tonjolan batu, dll. Pita ukur diturunkan kedalam sump kemudian diangkat lagi, berikan jarak stasiun lebih besar dari jarak sebenarnya. Kesalahan yang timbul tidak begitu penting, kecuali jika sump tersebut memiliki hubungan yang amat besar terhadap panjangnya. Estimasi arah dari stasiun satu ke stasiun yang lain diperoleh dengan membaca kompas pada sepanjang pita ukur, pembacaan ini harus diambil pada dua stasiun yang berseberangan untuk memeriksa apakah pita ukur tersebut lurus. Perbedaan ketinggian antar stasiun diperoleh dengan mengukur tiap ketinggian muka air dan diasumsikan bahwa muka air tiap sisi sump adalah sama.

Jika lorong submerged lebih komplek daripada sump yang dijelaskan diatas lebih baik survey dilakukan oleh seorang diver. Tidak mungkin teknik konvensional, dipakai pada pekerjaan yang semestinya dilakukan oleh diver, terutama karena keterbatasan jarak penglihatan dan komunikasi antar diver. Satu teknik telah ditemukan (Lloyd, 1970) dan relatif akurat jika dilaksanakan oleh diver berpengalaman di bidang ini. Sebelum memasuki sump, tali yang akan dipakai ditanda pada jarak tertentu dengan pita PVC, 10 ft untuk sistem Imperial dan 5 m untuk sistem metrik. Diver meletakkan tali tersebut di sepanjang lorong submerged. Surveyor diver harus dilengkapi dengan kompas pergelangan tangan, misalnya Suunto model diver, alas tulis dari lembar plastik dan pensil; kemudian mengikuti sepanjang tali dan merekam deangan forward sepanjang garis tali pada tiap tanda. Pada waktu yang sama dia harus merekam sisi lorong, ruang udara, kemiringan slope, dan seterusnya. Dengan merekam slope memungkinkan untuk mendapatkan adanya perbedaan ketinggian antar stasiun dan kemudian untuk mendapatkan pendekatan terdekat jarak datar sebenarnya. Sebelum mulai survey, diver memeriksa bahwa peralatan bernafas tidak besar pengaruhnya terhadap kompas. Kesulitan utama dari teknik ini jelas hanya satu: kesulitan pada pembacaan kompas dengan benar pada berbagai kondisi, dan ketidak mampuan sebagian diver untuk merekam dengan benar jumlah tanda pada tali. Kasus kesalahan yang lain adalah saat pencatatan dilakukan pada waktu bergerak meninggalkan garis dari pojoknya. Sudut ini akan bertambah saat ke kanan, dan berkurang jika kekiri. Karena alasan ini maka pengukuran dimulai dari kedua ujung lorong, dan juga, jika mungkin, oleh lebih dari satu diver. Alasan lain adalah dengan closed traverse, untuk itu keakuratan metode ini dikalkulasi. Keakuratan 3% dapat diperoleh, tetapi jika tanpa chek, keakuratan sekitar 10%.

Pada lorong panjang yang non-submerged di seberang sump, survey dapat dilaksanakan dengan teknik konvensional. Dengan teknik sebagaimana teknik survey yang lain. Kesalahan pada survey lorong submerged akan menyebabkan dua bagian survey konvensional memiliki kesalahan posisi yang saling berpengaruh satu sama lain. Dengan alasan tersebut, survey di bawah sump dianjurkan dengan amat sangat untuk dicocokkan dengan teknik induksi elektromagnet. Hal ini sangat perlu untuk menghubungkan sump yang panjang dan rumit, atau jika terdiri dari rangkaian beberapa sump yang pendek.

Category:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar